BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem kekebalan tubuh
umumnya dibagi ke dalam sistem bawaan yang merupakan garis pertahanan pertama
terhadap patogen dan sistem adaptif yang terdiri dari sel B dan T dan
menyebabkan imunitas jangka panjang terhadap mikroba. Banyak penyakit dan
bahkan pengobatan farmakologis yang menyebabkan gangguan pada systems.
Immunopharmacology imun bawaan dan adaptif adalah studi tentang obat yang
dirancang untuk menekan atau meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Salah satu
tujuan utama dari imunofarmakologi adalah untuk menjelaskan mekanisme kerja
obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan imunofarmakologi?
2. Apa
yang dimaksud dengan imunostimulan?
3. Apa
yang dimaksud dengan imunosupresan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Imunofarmakologi
Imunofarmakologi adalah
cabang ilmu yang mempelajari tentang spesialisasi medis yang berfokus pada
obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, baik untuk menekannya,
mengaktifkannya, atau memanipulasi dalam beberapa cara. Agen imunofarmakologi
paling terkenal yaitu obat anti-penolakan dan vaksin.
Dasar imunofarmakologi
adalah sistem kekebalan tubuh itu sendiri, sistem yang sangat beragam dan
kompleks yang terdiri dari daftar yang sangat panjang sepertti sel, hormon, dan
molekul kimia sinyal lainnya. Sistem kekebalan tubuh dapat dikategorikan dalam
beberapa cara yang berbeda, termasuk bawaan dan adaptif, pasif dan aktif, serta
respon seluler dan antibodi. Semua dari berbagai kategori yang berbeda dapat
ditargetkan oleh imunofarmakologi untuk menghasilkan pengobatan baru dan
obat-obatan untuk membantu mengobati penyakit, atau hanya untuk meningkatkan
pengetahuan ilmiah di lapangan.
Secara garis besar
imunofarmakologi dalm kajiannya membahas tentang imunomodulator. Imunomodulator adalah obat yang dapat
mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk
menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut
3 cara, yaitu melalui: Imunorestorasi, Imunostimulasi, Imunosupresi.
Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation,
sedangkan imunosupresi disebut down regulation. Obat yang merangsang atau
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh diistilahkan dengan imunostimulan, sedangkan
imunosupresan yang menekan sistem kekebalan tubuh. Setiap kelas obat yang
berguna dalam situasi khusus tertentu dan gangguan kekebalan tubuh.
B.
Imunostimulan
Imunostimulasi yang
disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan
menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Imunostimulan ditunjukan
untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Kelompok obat
ini dapat memperngaruhi respon imun seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini
adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau
antibodi tertentu. Selain itu efek umumnya lemah. Indikasi imunostimulan antara
lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama yang melibatkan sistem
lifatik.
Imunostimulan adalah
senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara
spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme
pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini
disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut
paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja
antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu
meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag,
granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja
menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung
maupun tak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui
produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro
dan makro. Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling
berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin
terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.
1. Bahan
Imunostimulator
Biological Response
Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun,
meningkatkan. Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Biologik
1) Hormon timus
Sel epitel timus
memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T dan
modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon timus, yaitu
timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus. Semuanya berfungsi
untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia
lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun(imunostimulasi
non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun
(imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas
menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek
imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
2) Limfokin
Disebut juga
interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan.
Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor
(MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating
Factor (CSF) dan interferon gama (IFN-.). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada
kanker, penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
3) Interferon
Ada tiga jenis
interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-a dibentuk oleh leukosit, INF-ß
dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-. dibentuk oleh sel T
yang diaktifkan. Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan RNA,
sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun. Interferon dalam dosis
tinggi menghambat penggandaan sel B dan sel T sehingga menurunkan respons imun
selular dan humoral, dan dalam dosis rendah mengatur produksi antibodi serta
merangsang sistem imun yaitu meningkatkan aktivitas membunuh sel NK, makrofag
dan sel T. Dalam klinik, IFN digunakan pada berbagai kanker seperti melanoma,
karsinoma sel ginjal, leukimia mielositik kronik, hairy cell leukimia, dan
kapossi’s sarkoma.Efek sampingnya adalah demam, malaise, mialgia, mual, muntah,
mencret, leukopenia, trombositopenia, dan aritmia.
4) Antibodi monoclonal
Diperoleh dari fusi dua
sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat hidup terus
menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah
yang besar. Antibodi tersebut dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor
manusia dan tikus in vivo.
5) Transfer factor / ekstrak
leukosit
Ekstrak leukosit
seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan
dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal
leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan kronik,
koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa.
6) Nukleotida
Nukleotida terdapat
pada air susu ibu. Akhir-akhir ini banyak susu formula yang diberi suplementasi
nukleotida. Pada penelitian uji banding kasus yang dilakukan pada bayi, satu
kelompok diberikan susu ibu atau susu formula yang disuplementasi nukleotida,
dibandingkan dengan kelompok yang diberikan susu formula tanpa nukleotida,
ternyata terdapat peningkatan aktifitas sel NK pada bayi-bayi yang diberi susu
ibu dan formula dengan nukleotida dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu
formula tanpa nukleotida. Peneliti yang sama mendapatkan peningkatan produksi
IL-2 oleh sel monosit pada kelompok yang diberi susu formula dengan nukleotida.
Nukleotida juga mengaktifkan sel T dan sel B.
7) Lymphokin-Activated Killer (LAK)
cells
Adalah sel T sitotoksik
singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti IL-2 ke
sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini merupakan
imunoterapi terhadap keganasan.
8) Bahan asal bakteri
·
BCG (Bacillus Calmette
Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan telah dicoba
pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik).
·
Corynebacterium parvum
(C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada keganasan.
·
Klebsiella dan
Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.
·
Bordetella pertusis,
memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang merupakan mitogen untuk
sel T dan imunostimulan.
·
Endotoksin, dapat
merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
9) Bahan asal jamur
Berbagai bahan telah
dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan. Bahan-bahan
tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat
meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker
sebagai imunostimulan non-spesifik.5 Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake
(Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan yang lebih poten sebagai
imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan, hipertensi dan kerusakan
hati (liver ailments).
b. Sintetik
1) Levamisol
Merupakan derivat
tetramizol, Dalam klinik lazim dipakai sebagai obat cacing, dan sebagai
imunostimulan levamisol berkhasiat untuk meningkatkan penggandaan sel T,
menghambat sitotoksisitas sel T, mengembalikan anergi pada beberapa kanker
(bersifat stimulasi nonspesifik), meningkatkan efek antigen, mitogen, limfokin
dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit dan makrofag. Selain untuk
penyakit hodgkin, penggunaan klinisnya untuk mengobati artritis reumatoid,
penyakit virus, lupus eritematosus sistemik, sindrom nefrotik. Diberikan dengan
dosis 2,5 mg/kgBB per oral selama 2 minggu, kemudian dosis pemeliharaan
beberapa hari per minggu. Efek samping yang harus diperhatikan adalah mual,
muntah, urtikaria, dan agranulositosis. Obat i9ni diabsorpsi dnegan cepat
dengan kadar puncak 1-2 jam. Obat ini didistribusikan luas ke berbagai jaringan
dan dimetabolisme di hati. Tersedia dalam bentuk tablet 25,40,50 mg.
2) Isoprinosin
Disebut juga isosiplex
(ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan meningkatkan
proliferasi dan toksisitas sel T. Sebagai imunostimulator isoprinosin
berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T, meningkatkan toksisitas sel T,
membantu produksi IL-2(LIMFOKIN) yang berperan dalam diferensiasi limfosit dan
makrofag, serta meningkatkan fungsi sel NK. Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB.
Perlu pemantauan kadar asam urat darah karena pemberian isoprinosin dapat
meningkatkan kadar asam urat. Berbagai derivat sintetiknya sedang dalam
penyelidikan untuk AIDS dan berbagai neoplasma. Obat ini dilaporkan mengurangi
risiko infeksi terhadap HIV pada tahap lanjut.
3) Muramil Dipeptida (MDP)
Merupakan komponen
aktif terkecil dari dinding sel mycobacterium. Sebagai imunostimulan berkhasiat
meningkatkan sekresi enzim dan monokin, serta bersama minyak dan antigen dapat
meningkatkan respons selular maupun humoral. Dalam klinik telah banyak
digunakan untuk pencegahan tumor dan infeksi sebagai ajuvan vaksin.
4) Vaksin BCG
BCG dan komponen aktifnya
merupakan produk bakteri yang emmeiliki efek imunostimulan. Penggunaan BCG dalam imunopotensiasi bermula
dari pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih kebal terhadap
infeksi oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG digunakan untuk
mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan mengaktifkan sel NK.
Walaupun sudah dicoba untuk berbagai neoplasma, efek yang cukup nyata terlihat
pada kanker kandung kemih dengan pemberian intravesika. Efek samping meliputi
reaksi hipersensitivitas, syok, menggigil, lesu, dan penyakit kompleks imun.
5) Bahan-bahan lain
Berbagai bahan yang telah digunakan
secara eksperimental di klinik adalah:
·
Azimexon dan ciamexon:
diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler.
·
Bestatin: diberikan
secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler dan humoral.
·
Tuftsin: diberikan
secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel NK dan
granulosit.
·
Maleic anhydride,
divynil ether copolymer: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan
fungsi makrofag dan sel NK.
·
phenil-pyrimidol:
diberikan secara oral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK
Dalam
praktik seharí-hari, pemilihan imunostimulan untuk mencapai hasil yang
diinginkan hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
·
Dapat memodifikasi
mekanisme imun pejamu yang berbeda dengan antibiotika atau kemoterapi lain yang
hanya berefek pada mikroorganisme penyebab penyakit.
·
Mempunyai efek
farmakologi dan klinik yang diharapkan dengan efek samping yang minimal.
·
Bebas dari efek yang
berbahaya seperti timbulnya autoimun serta limfoma seperti yang pernah
dilaporkan akibat beberapa zat kemoterapi serta C parvum.
·
Bebas dari efek
sensitisasi disebabkan zat yang digunakan bersifat alergenik seperti BCG, C
parvum atau levamisol yang mungkin dapat memberikan reaksi yang tidak
diinginkan atau menginduksi terjadinya penyakit kompleks imun.
·
Bebas dari efek
inhibisi sistem imun pada pemberian jangka lama atau berulang.
·
Harus ada data yang
lengkap mengenai imunofarmakologi zat tersebut, sehingga dapat digunakan dengan
indikasi tepat sesuai dengan keadaan klinis dan kondisi pasien.
Untuk meneliti efektivitas imunostimulan
ini, sebaiknya zat yang digunakan tidak mengandung endotoksin karena endotoksin
sendiri bersifat sebagai imunostimulan.
2. Mekanisme
Imunostimulan
Imunostimulator secara
tidak langsung berkhasiat mereaktivasi system imun yang rendah dengan
meningkatkan respon imun tak spesifik antara lain perbanyakan limfo T4, NK-cell
dan magrofag distimulasi olehnya, juga pelepasan interferon dan interleukin.
Sebagai efek akhir dari reaksi kompleks itu, zat asing dapat dikenali dan
dimusnahkan. Pada sel –sel tumor ekspresi antigen transplantasi diperkuat
olehnya sehingga lebih dikenali oleh TNF dan sel – sel sytotoksis. Zat
imunostimulator yang kini digunakan adalah vaksin BCG, limfokin (interveron ,
interleukin) dan levamisol.
C.
Imunosupresan
Imunosupresan adalah
kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah
penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis
rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan
digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru
menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari
sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan
transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun
diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial
limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula
T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan pembentukan antibodies
terhadap limfosit. Imunosupresan
digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit
autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
Imunosupresan adalah
kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah
penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis
rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan
sebagai antikanker.
1.
Respon imun
Pada mahkluk tingkat
tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat dua sistem pertahanan
(imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan imunitas spesifik
( adaptive imunity).
1) Imunitas nonspesifik.
Merupakan mekanisme pertahanan
terdepan yang meliputi komponen fisik berupa keutuhan kulit dan mukosa;
komponen biokimiawi seperti asam lambung, lisozim, komploment ; dan komponen
seluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag. Netrofil dan makrofag melakukan
fagositosis terhadap benda asing dan memproduksi berbagai mediator untuk
menarik sel-sel inflamasi lain di daerah infeksi. Selanjutnya benda asing akan
dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.
2) Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain
kemampuannya untuk bereaksi secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan
membedakan antigen asing dengan antigen sendiri (nonself terhadap self); dan
kemampuan untuk bereaksi lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang
sudah dikenal sebelumnya. Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem
imun, yaitu imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan
sel limposit T, sedangkan imunitas humoral melibatkan limposit B dan sel plasma
yang berfungsi memproduksi antibodi.
2.
Aktivitas respon imun
spesifik
Aktivitas sistem imun spesifik
memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting
sel.
3.
Indikasi
imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk tiga
indikasi utama yaitu:
1. transplantasi organ
2. penyakit autoimun
3. pencegahan hemolisis Rhesus pada neonates
4. Prinsip umum terapi
imunosupresan
Prinsip umum penggunaan imunosupresan
untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah sebagai berikut:
·
Respon imun primer lebih
mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respon imun sekunder. Tahap
awal respon primer mencakup: pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin,
proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling
sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori,
maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh berkurang.
·
Obat imunosupresan
memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda. Dosis yang
dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda dengan dosis
untuk antigen lain.
·
Penghambatan respon imun
lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan terhadap
antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa dikenal setelah
autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit diatasi.
5. Obat Imunosupresan
a.
Azatioprin
Azatioprin sudah
digunakan selama 20 tahun untuk menekan penolakan cangkok organ ginjal dan
sudah merupakan prosedur yang diterima. Juga digunakan untuk pengobatan
artritis reumatoid berat yang refrakter.
Toksisitas terhadap darah seperti
leukopenia dan trombositopenia harus dimonitor dengan baik sebagai petunjuk
penentuan dosis azatioprin.
·
Mekanisme kerja.
Azotioprin adalah antimetabolit
golongan purin yang merupakan prekursor 6-merkaptopurin. Azotioprin dalam tubuh
diubah menjadi 6-merkaptopurin(6-MP) yang merupakan metabolit aktif dan bekerja
menghambat sintesis de novo purin.
·
Interaksi
Penggunaan bersama allopurinol
menyebabkan hambatan Xantin oksidase yang juga merupakan enzim penting dalam
metabolisme 6-merkaptopurin,sehingga kombinasiIni meningkatkan toksisitas
azotioprin dan merkaptopurin.
·
Penggunaan klinis
Azotioprin digunakan antara lain
untuk mencegahPenolakan transplantasi, lupus nefritis. GNA, AR, Penyakit Crohn,
dan sklerosis multipel. Obat ini kadang2 digunakan untuk ITP dan AIHA
yangRefrakter terhadap steroid. Untuk profilaksis digunakan dosis 3-10 mg/KgBB
per hari1 atau 2 hari sebelum transplantasi.Dosis pemeliharaan 1-3 mg/KgBB per
hari.Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan iv100mg/vial
·
Efek Samping
Menghambat proliferasi
sel-sel yang cepat tumbuh seperti mukosa usus, dan sumsum tulang dengan
akibatleukopeni dan trombositopeni.Ruam kulit, mual. mutah dan diare. Dapat
terjadi peningkatan enzim transaminase, kolestasis. Efek samping lain dapat terjadi
peningkatan risikoInfeksi dan efek mutagenisitas dan karsinogenisitas.
BAB
III
KESIMPULAN
Imunofarmakologi dalm
kajiannya membahas tentang imunomodulator.
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki
sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya
berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui:
Imunorestorasi, Imunostimulasi, Imunosupresi. Imunorestorasi dan imunostimulasi
disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down
regulation. Obat yang merangsang atau mengaktifkan sistem kekebalan tubuh
diistilahkan dengan imunostimulan, sedangkan imunosupresan yang menekan sistem
kekebalan tubuh. Setiap kelas obat yang berguna dalam situasi khusus tertentu
dan gangguan kekebalan tubuh.
DAFTAR REFERENSI
Anonim, “Kontroversi
Imunisasi Bayi–Masukan Bagi Ummat Islam” http://www.tipsbayi.com/kontroversi-imunisasi-bayi-masukan-bagi-ummat-islam.html.
(21 November 2014).
[1] Anonim, “Vaksin” http://ipdia.blogspot.com/2013/09/vaksin.html.
(21 November 2014).
[1] Anonim, “Manfaat Imunisasi bagi
Bayi” http://cardiacku.blogspot.com/2013/06/manfaat-imunisasi-bagi-bayi.html.
(21 November 2014).
[1] Anonim, “Ilmu Kesehatan Anak-Dian Husada Tujuan Imunisasi”
http://dwimery-dianhusada.blogspot.com/p/tujuan-imunisasi.html. (21 November
2014).
Salah satu merk produk komersial yang membantu perbaikan sistem imun adalah Stimuno untuk balita/anak dan forte untuk dewasa. Sebagai imunomudulator, stimuno memiliki Kontraindikasi, yakni stimuno jangan (tidak boleh) diminum oleh wanita hamil, ibu menyusui, pasien dengan hipersensitivitas terhadap tanaman meniran (Phyllanthus niruri) dan pasien yang menderita penyakit autoimun.
ReplyDelete