BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal 1970-an, para ilmuwan mengusulkan
apa yang mereka sebut sebagai gen terapi untuk mengobati penyakit warisan yang
disebabkan oleh gen yang cacat. Pada tahun 1983, sekelompok ilmuwan dari Baylor
College Of Medicine di Houston Texas, mengusulkan bahwa terapi gen satu hari
nanti bisa menjadi pendekatan yang layak untuk mengobati penyakit Lesch-Nyhan,
yang merupakan gangguan neurologis langka. Para ilmuwan melakukan percobaan di
mana sebuan gen yang memproduksi enzim untuk memperbaiki penyakit yang akan
disuntikkan kembali ke orang yang menderita penyakit Lesch-Nyhan.
Di Amerika Serikat, baik berbasis DNA (in
vivo) dan berbasis sel (ex vivo) sedang diselidiki, terapi gen berbasis DNA menggunakan virus sebagai vector
(penghantar) untuk memodifikasi gen yang merupakan sel target sedangkan teknik
yang berbasis sel dengan cara menghapus sel-sel dari gen target kemudian
menggantinya dengan sel yang baru kemudian disuntikkan kembali ke dalam sel
pasien.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud Terapi Gen dan sejarah
ditemukannya ?
2.
Bagaimanakah pendekatan Terapi Gen untuk
kanker ?
3.
Bagaimanakah bahaya dan manfaat Terapi
Gen?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Pengertian Terapi Gen
Terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan untuk memeperbaiki
gen-gen mutan (abnormal / cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
suatu penyakit. Terapi gen pertama kali dilakukan pada 14 September 1990 di USA
yang didesain untuk mengobati defisiensi adenosine deaminase (ADA). ADA
adalah sebuah penyakit yang diturunkan dan bekerja dengan cara merusak sistem
imun dan menyebabkan severe combined immunodeficiency (SCID), dimana
penderita tidak memiliki proteksi imun dari bakteri, virus dan fungi. Transfer ex
vivo gen ADA ke dalam limfosit pembuluh darah tepi dan sel-sel progenitor
(sel-sel dengan kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel
tertentu) sumsum tulang belakang dari penderita severe combined
immunodeficiency yang berkaitan dengan defisiensi adenosine deaminase (ADA-SCID)
menghasilkan perbaikan imunitas selular dan humoral (cairan) pada pasien yang
ditangani. Sejak saat itu, telah dilakukan lebih dari 600 uji klinis di seluruh
dunia, dan lebih dari 4.000 pasien telah menerima terapi gen.
Akhir-akhir ini, penyakit-penyakit target untuk terapi gen telah
meluas dari kelainan metabolik kongenital menjadi tumor-tumor malignan yang
tidak dapat disembuhkan oleh pengobatan yang ada dan bahkan penyakit-penyakit
tumor jinak kronis yang menyebabkan penurunan kualitas hidup. Para peneliti
melihat potensi terapi gen untuk penanganan kanker, suatu penyakit akibat
abnormalitas regulasi dan ekspresi gen. Walaupun kemoterapi dan radioterapi
memperpanjang kemampuan bertahan hidup dan dapat mengobati kanker pada beberapa
kasus, namun kekurangan-kekurangannya pun banyak. Sel–sel target kemoterapi
adalah sel-sel yang berproliferasi, bukan sel-sel kanker secara spesifik.
Kemoterapi juga mempunyai efek samping sehingga dosis yang diperbolehkan
terbatas, dan pada sebagian besar tumor-tumor solid terjadi kekambuhan yang
cepat setelah terapi. Berbeda dari terapi konvensional, terapi gen untuk kanker
menjanjikan pengobatan yang spesifik terhadap kanker, efek toksik yang lebih
sedikit dan potensi yang lebih besar untuk sembuh.
Dari 350 uji klinik terapi gen yang dilaporkan oleh National
Institutes of Health Recombinant DNA Advisory Committee USA pada bulan
Maret 2000, 67% adalah terapi gen untuk penanganan kanker. Hingga pertengahan
Juli 2004, di Jepang telah dikembangkan dua puluh protokol terapi gen. Diantaranya,
lima belas berkaitan dengan kanker. Penyakit-penyakit kanker yang dijadikan
target meliputi karsinoma sel ginjal, kanker paru-paru, kanker esophagus,
kanker payudara, kanker prostat, kanker otak (malignant glioma),
leukemia, dan kanker kolon (usus).
B.
Pendekatan Terapi Gen untuk Kanker
Secara umum, terapi gen dilakukan dengan cara mengganti atau
menginaktifkan gen yang tidak berfungsi, menambahkan gen fungsional, atau
menyisipkan gen ke dalam sel untuk membuat sel berfungsi normal. Sel-sel kanker
mempunyai tiga karakteristik yang dikontrol secara genetis untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan, yaitu :
a.
sel-sel kanker mempunyai kecepatan pertumbuhan yang
tidak normal
b.
sel-sel kanker tidak mati ketika tubuh mengisyaratkan hal itu
c.
sel-sel kanker melawan kerja sistem imun tubuh.
Oleh karena itu terapi gen untuk mengobati kanker didasarkan pada
koreksi kecepatan pertumbuhan pada sel-sel kanker, kontrol kematian sel dan
membuat sistem imun membunuh sel-sel kanker. Pendekatan lain untuk terapi gen
kanker adalah dengan strategi bunuh diri.
1. Koreksi kecepatan tumbuh sel-sel kanker
Suatu pendekatan untuk mengontrol kecepatan tumbuh sel-sel kanker
adalah dengan melibatkan penggunaan oligonukleotida antisense. Oligonukleotida
antisense adalah pasangan basa dari produk-produk gen regulator pertumbuhan
spesifik (onkogen seperti ras, PKC-a, raf, c-myc,
HER-2/neu). Onkogen dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
bila gennya rusak. Ketika oligonukleotida antisense berikatan dengan
produk-produk onkogen dari kanker, oligonukleotida tersebut menghambat fungsi
onkogen, meng-hasilkan penurunan pertumbuhan kanker dan memperpanjang
kelangsungan hidup pasien. Efektivitas oligonukleotida antisense tampaknya
meningkat bila dikombinasikan dengan kemoterapi.
Pendekatan terapi lainnya untuk mengontrol pertumbuhan sel-sel
kanker adalah dengan terapi gen antiangiogenik. Terapi gen antiangiogenik
dilakukan dengan mengacaukan gen-gen yang menyokong angiogenesis. Angiogenesis
adalah pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru yang diperlukan sebagai sumber
nutrisi untuk pertumbuhan tumor. Melalui metode antiangiogenik maka pertumbuhan
sel-sel kanker akan terganggu.
2. Pengontrolan kematian sel kanker
Pada sel-sel normal, gen p53 bertanggung jawab untuk mem-perbaiki
DNA abnormal. Bila DNA tidak dapat diperbaiki oleh gen p53, gen tersebut
memberi sinyal pada sel yang memiliki DNA abnormal untuk mati melalui mekanisme
apoptosis. Pada sel-sel kanker, gen p53 menjadi abnormal dan tidak dapat
menyebabkan apoptosis pada sel-sel abnormal. Diperkirakan 50% hingga 60% kanker
pada manusia berkaitan dengan gen p53 yang bermutasi atau tidak adanya ekpresi
p53.
Pengontrolan genetik untuk kematian sel kanker dilaku-kan melalui
manipulasi gen p53 abnormal yang ada pada sejumlah kanker. Cara untuk melakukan
hal tersebut adalah dengan mentransfer gen p53 normal dengan menggunakan
adenovirus ke dalam sel kanker yang mengandung gen p53 abnormal. Transfer
melewati membran sel tumor ke nukleus ini dapat mengembalikan kontrol genetik
yang normal. Uji klinik yang mempelajari aktivitas pendekatan dengan adenovirus
p53 melibatkan pengobatan pada berbagai pasien, terutama pada pasien dengan
kanker kepala dan leher, kanker ovarium, dan kanker paru-paru. Uji klinik yang
membandingkan terapi gen adenovirus-p53 dengan penanganan standar pada kanker
kepala dan leher dan kanker ovarium saat ini sedang dilakukan.
Perlakuan lain dengan gen p53 sebagai target adalah dengan
menggunakan virus ONYX-015. Virus ini tidak mengganti gen yang menginduksi
apoptosis, namun virus tersebut telah dimodifikasi sehingga hanya tumbuh dalam
sel-sel kanker dengan fungsi p53 abnormal. Hal ini menyebabkan kematian sel-sel
kanker yang terserang virus dan tampaknya tidak mempengaruhi sel-sel normal
dengan fungsi p53 yang normal. Uji klinis dengan virus ONYX-015 juga sedang berjalan
dengan, membandingkan pendekatan ini dengan terapi standar pada penderita
kanker kepala dan leher.
3.
Upaya untuk membuat sistem imun membunuh sel-sel kanker.
Banyak pengobatan imun dicoba untuk meningkatkan aktivitas limfosit
pada daerah kanker. Satu pendekatan yang dicoba adalah injeksi gen yang
memfasilitasi ikatan limfosit dengan sel-sel kanker (plasmid HLA-B7) secara
langsung ke lokasi kanker. Hal ini memungkinkan limfosit untuk diidentifikasi
dan merusak kanker. Pendekatan ini ditoleransi dengan baik dan Uji klinis
sedang dilakukan untuk mempelajari peran Allovectin-7 (plasmid HLA-B7) untuk
meningkatkan imunitas melawan kanker pada penderita melanoma serta kanker kepala
dan leher.
4.
Strategi bunuh diri.
Strategi bunuh diri adalah pendekatan terapi dengan menyisipkan
suatu gen yang membuat sel-sel kanker sangat sensitif terhadap obat. Pada saat
pasien diberi obat, obat tersebut hanya membunuh sel-sel yang mengandung gen
tersebut. Hal itu juga disebut kemosensitisasi. Strategi bunuh diri melibatkan
introduksi dari suatu gen yang mengkode enzim non mamalia ke dalam sel-sel
tumor, diikuti oleh pemberian dosis tinggi prodrug nontoksik sistemik. Enzim
yang dipilih untuk tujuan ini mengkatalisis reaksi yang tidak terjadi dalam
sel-sel mamalia sehingga prodrug nontoksik dimetabolisme menjadi bentuk toksik
di dalam tubuh pasien. Ekspresi enzim itu dibatasi sehingga konversi prodrug
menjadi bentuk toksik hanya terjadi pada daerah tumor. Melalui cara ini,
konsentrasi tinggi dari obat kemoterapi hanya terbatas pada daerah tumor sehingga
hanya membunuh sel-sel tumor secara selektif tanpa residu toksisitas sistemik.
Percobaan di bidang ini menggunakan enzim virus yang menghasilkan Virus-Directed
Enzyme / Prodrug Therapy (VDEPT) sebagai terminologi alternatif untuk
strategi bunuh diri.
C.
Manfaat dan Bahaya Terapi Gen
1. Manfaat
Terapi gen dapat memberikan harapan bagi pasien yang menderita
penyakit seperti kanker, hemophilia, muscular dystrophy, dan AIDS yang
kemungkinan penyembuhannya dapat dilakukan dengan terapi gen.
2. Bahaya
Seorang paisen yang menerima terapi gen mungkin akan menghadapi
suatu resiko infeksi atau reaksi system kekebalan tubuh. Virus sebagai
vektornya dapat menyebabkan infeksi atau peradangan pada jaringan dan
pengenalan virus dalam tubuh kita dapat memunculkan penyakit lainnya. Resiko
lainnya adalah bahwa gen baru mungkin diperkenalkan di posisi yang salah dalam
DNA sehingga dapat menyebabkan mutasi genetik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Terapi gen pada penyakit kanke rmasih dalam tahap penelitian,
tetapi kemajuan yang pesat telah diperoleh pada beberapa uji klinik. Walaupun
banyak tantangan yang harus dihadapi, namun metode ini, telah menunjukkan toleransi
yang baik dan efektif bagi sejumlah kanker. Secara umum, terapi gen dilakukan
dengan cara mengganti atau menginaktifkan gen yang tidak berfungsi, menambahkan
gen fungsional, atau menyisipkan gen ke dalam sel untuk membuat sel berfungsi
normal. Pendekatan-pendekatan dalam pengobatan kanker untuk terapi gen dapat
dilakukan dengan koreksi kecepatan pertumbuhan pada sel-sel kanker, kontrol
kematian sel, membuat sistem imun membunuh sel-sel kanker dan dengan strategi
bunuh diri. Untuk pasien-pasien dengan kanker yang tidak responsif terhadap
penanganan konvensional, maka terapi gen tampaknya perlu dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wargasetia, Teresa Liliana. Terapi Gen pada Penyakit Kanker.
http://www.60-175-1-PB.com.pdf (4 Oktober 2014).
Comments
Post a Comment