BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak
dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang
menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang
dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum.
Asesmen atau
penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak
diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak
ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk
merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan
dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk
melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru
kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini tidak terjadi. Asesmen
juga dapat memungkinkan guru untuk melihat seberapa jauh kinerja murid untuk
melihat seberapa jauh kinerja murid mereka dibandingkan norma nasional yang
ada.
Istilah asesmen
mengacu pada semua informasi yang dikumpulkan tentang murid di kelas oleh guru,
baik melalui pengetesan formal, esai, dan pekerjaan rumah, atau secara informal
melalui observasi atau interaksi.
Berkembangnya
metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi
di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih
banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan
sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu
yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda. Siswa
hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa
yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan
sebelumnya di mana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai
prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor
pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukkan soal-soal yang menilai
respon emotional terhadap pengajaran.
Pada dasarnya,
suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak
diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian
menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas
autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan
siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di
ranah yang lebih luas.
Autentic
assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara
keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan
belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan
kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai
pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai. Berdasarkan
uraian pada latar belakang, penyusun tertarik untuk menyusun makalah yang
berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic
Assessment)”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
penyusun paparkan, maka rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa
yang dimaksud dengan penilaian autentik (Authentic
Assessment)?
2. Bagaimana
karakteristik dari penilaian autentik (Authentic
Assessment)?
3. Bagaimana
langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic
Assessment)?
C.
Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang
telah dipaparkan, adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian
penilaian autentik (Authentic Assessment).
2. Karakteristik
dari penilaian autentik (Authentic
Assessment).
3. Langkah-langkah
dalam penilaian autentik (Authentic
Assessment).
D.
Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan :
1. Dapat
meningkatkan wawasan para pembaca mengenai asesmen.
2. Dapat
memberikan informasi ilmiah mengenai penilaian autentik (Authentic Assessment).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penilaian
Autentik (Authentic Assessment)
1)
Pengertian
Pada
awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan
oleh orang dewasa sebagai reaksi
(menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis, dan jawaban
singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita
melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk
menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai
performansi, kinerja atau unjuk kerja. Dalam
bisnis dikatakan performance assessment. Penilaian autentik merupakan suatu
bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada
situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna.
Asesmen
autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah
autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara
konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen
autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru
menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Seperti
apakah bentuk penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan
suatu tugas (task) bagi para siswa
untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk
menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.
2)
Jenis-jenis Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Beberapa
jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin
melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek
yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan
balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun
laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya
unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam
sebuah peristiwa atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan
cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing
peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat
menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik,
3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru
dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa
membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan
apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada
manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama,
langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga,
kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat,
fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang
akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian
diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor.
1) Penilaian ranah sikap. Misalnya,
peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek
tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2) Penilaian ranah keterampilan.
Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang
telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
3) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya,
peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki
beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga,
mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat,
menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta
didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan
dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek
pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek,
setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam
memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis,
memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi
pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah
proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan
instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan
penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai
kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk
dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk,
seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan
lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet,
plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria
yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara
holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan
penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai
hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil
kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok,
memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan
dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta
didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian
terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru
akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya,
hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan
penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau
peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan
dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas
esensi penilaian portofolio.
2) Guru bersama peserta didik
menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun
kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio
pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan
portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal
pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta
didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama
peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada
peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik
muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada
era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim
dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan
ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai
jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau
esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi
yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai,
peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan
teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya,
peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan
malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing
sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki
kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya
menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal
ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini
memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik
pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
B.
Karakteristik
dari Penilaian Autentik (Authentic
Assessment)
1. Tugas Autentik
Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa
melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta untuk
mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia;
(ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia)
kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu:
1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun
bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan
menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal
tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan
jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam
penilaian autentik, yaitu keterampilan (skills)
dan kemampuan (abilities). Selanjutnya
ada lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik
pada pembelajaran sains. Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas.
Kedua, jumlah tugas terstruktur yang
perlu dilalui siswa. Ketiga,
partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikatif
yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
2. Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk, yakni:
a. computer
adaptive testing (tidak
berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri
untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
b. tes pilihan ganda diperluas, dengam
memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih;
c. extended
response atau open ended question juga dapat
digunakan;
d. group
performance assessment
(tugas-tugas kelompok) atau individual performance
assessment (tugas perorangan);
e. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor;
observasi partisipatif;
f.
portofolio
sebagai kumpulan hasil karya siswa;
g. projek, expo atau demonstrasi;
h. constructed
response, yang
siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
3. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa
penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics
merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan
atau tugas.
Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi,
(ii) definisi dan contoh, (iii) skala, dan (iv) standar. Dimensi akan dijadikan
dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai
setiap dimensi. Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi,
sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun
sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah
disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa
dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu
rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu
rubrik. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai
suatu rubrik.
a. Seberapa jauh rubrik tersebut
(jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?
b. Seberapa jauh rubrik tersebut
mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?
c. Apakah kriteria yang dipilih sudah
menggunakan standar yang secara umum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
d. Sejauh mana dimensi & skala yang
digunakan terdefinisi dengan baik?
e. Jika menggunakan skala numeric sejauh
mana angka-angka yang digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan
perbedaan dari setiap kategori kinerja?
f.
Seberapa
jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
g. Apakah rubrik yang digunakan
dipahami oleh siswa?
h. Apakah rubrik cukup adil dan bebas
dari bias?
i.
Apakah
rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministra-sikannya?
4. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan
dalam penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor.
Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari
suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan
pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek
yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten
dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian autentik, deskriptor
membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.
C.
Langkah-langkah
dalam Menciptakan Penilaian Autentik (Authentic
Assessment)
1. Langkah 1 Mengidentifikasi standar
Seperti tujuan umum (goal)
Standar merupakan pernyataan yang
harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit
dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya standar merupakan satu
pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada poin
tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan
dapat diukur. Contoh: siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan benar;
menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab dan akibat perang
mikroba; menggunakan pinhole camera
untuk menciptakan “kertas” positif dan “kertas” negatif. Jadi, standar harus
ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu
luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
2. Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik
Dalam memilih tugas autentik,
pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan
(dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan soal
pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah pembagian martabak
untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai
bagian yang sama.
3. Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria
untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah
indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat
sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut
sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.
a. Contoh-contoh kriteria
Contoh sejumlah indikator dalam urutan
(mengamat dengan mikroskop):
1) Mengatur pencahayaan melalui
penggunaan cermin;
2) Menempatkan obyek di atas lubang
pada meja mikroskop;
3) Mengatur posisi lensa obyektif
(perbesaran rendah) tepat di atas lubang dengan obyek tersebut dengan jarak
kira-kira setengah sentimeter di atasnya;
4) Menempatkan salah satu mata (dengan
kedua mata terbuka) pada lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke
belakang;
5) Mengatur penempatan obyek sambil
tetap melihat di bawah mikroskop;
6) Memutar revolver yang merupakan
tempat melekatnya lensa obyektif sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi
tepat di atas obyek yang sedang diamati;
7) Memutar pengatur halus
perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui lensa okuler;
8) Memperlihatkan obyek yang sudah
ditemukan (atau menggambar obyek yang ditemukan).
Contoh sejumlah indikator tidak
dalam urutan (dalam matematika):
1) ketepatan kalkulasi;
2) ketepatan pengukuran pada model
skala;
3) label-label pada model skala;
4) organisasi kalkulus;
5) kerapihan menggambar;
6) kejelasan keterangan/eksplanasi.
b. Karakteristik suatu kriteria yang
baik
Kriteria yang baik antara lain
adalah sebagai berikut.
1) dinyatakan dengan jelas, singkat;
2) pernyataan tingkah laku, dapat
diamati;
3) ditulis dalam bahasa yang dipahami
siswa.
c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task
Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut.
1) batasi jumlah kriteria, hanya pada
unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);
2) tidak perlu mengukur setiap detil
tugas;
3) kriteria yang lebih sedikit untuk
tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.
Contoh tes singkat atau kuis
diberikan berikut ini sebagai latihan
1) Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi
seorang petugas laboratorium yang baik!
2) Tugas 2: Tuliskan tiga kriteria
presentasi lisan yang baik!
4. Langkah 4 Menciptakan standar
kriteria atau rubrik (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor
merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu,
seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan
hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang
holistic
Dalam
rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah
menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan.
Sebagai contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai
berikut.
Aspek
Persentasi Oral
|
Kriteria
Penilaian Presentasi Oral
|
Penguasaan
(Mastery)
|
· Selalu melakukan kontak pandang
· Volume selalu sesuai
· Antusiasme hadir selama presentasi
· Rangkuman sangat akurat
|
Kemahiran
(Proficiency)
|
-
Biasanya
melakukan kontak pandangan
-
Volume
biasanya sesuai
-
Antusiasme
muncul pada kebanyakan presentasi
-
Hanya
1-2 kesalahan dalam rangkuman
|
Pengembangan
|
+ Kadang-kadang melakukan kontak pandangan
+ Volume kadang-kadang memadai
+ Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi
+ Beberapa kesalahan dalam rangkuman
|
Ketidakakuratan
|
= Tak pernah atau jarang melakukan kontak pandangan
= Volume tidak memadai
= Jarang tampak antusiasme dalam presentasi
= Banyak kekeliruan dalam rangkuman
|
c. Mencek rubrik yang telah dibuat
Untuk
keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada
rekan kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau meminta siswa mengenai
kejelasannya. Masukan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar
yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah
rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja
siswa ketika sedang melakukannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penyusun memaparkan pembahasan
pada Bab II, maka penyusun menyimpulkan bahwa:
1. Penilaian otentik merupakan suatu
bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada
situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna.
2. Jenis-jenis
penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis.
a. Penilaian
kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi dan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
b. Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
d. Penilaian tertulis merupakan bentuk
penilaian dengan cara tertulis yang dapat berupa pilihan ganda, essai,
menjodohkan, benar-salah, dan sebagainya.
3. Kriteria dari penilaian autentik
yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja yang terdiri terdiri dari tasks + rubrics.
4. Langkah-langkah penilaian autentik
terdiri dari:
a. Mengidentifikasi standar Seperti
tujuan umum (goal)
b. Memilih suatu tugas otentik
c. Mengidentifikasi Kriteria untuk
tugas (tasks)
B.
Saran
Saran
penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pembimbing menerima dan
bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat kesalahan-kesalahan.
DAFTAR
REFERENSI
Dantes, Nyoman.
2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai
Penilaian Proses Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Ibrahim,
Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan:
Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University
Press Anggota IKAPI
Muijs, Daniel
& David Reynolds. 2008. Effective
Teaching Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarwan, Prof.,
(2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah
dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum. Jakarta. http://www.the-scientist.com/?articles.view/articleNo/24488/title/The-Scientific-Approach/:
diakses 12 September 2014.
Zainul, A. 2001.
Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ditjen Dikti Depdiknas.
Comments
Post a Comment