Skip to main content

MAKALAH IMUNOFARMAKOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh umumnya dibagi ke dalam sistem bawaan yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap patogen dan sistem adaptif yang terdiri dari sel B dan T dan menyebabkan imunitas jangka panjang terhadap mikroba. Banyak penyakit dan bahkan pengobatan farmakologis yang menyebabkan gangguan pada systems. Immunopharmacology imun bawaan dan adaptif adalah studi tentang obat yang dirancang untuk menekan atau meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Salah satu tujuan utama dari imunofarmakologi adalah untuk menjelaskan mekanisme kerja obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan imunofarmakologi?
2.      Apa yang dimaksud dengan imunostimulan?
3.      Apa yang dimaksud dengan imunosupresan?
  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Imunofarmakologi
Imunofarmakologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang spesialisasi medis yang berfokus pada obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, baik untuk menekannya, mengaktifkannya, atau memanipulasi dalam beberapa cara. Agen imunofarmakologi paling terkenal yaitu obat anti-penolakan dan vaksin.
Dasar imunofarmakologi adalah sistem kekebalan tubuh itu sendiri, sistem yang sangat beragam dan kompleks yang terdiri dari daftar yang sangat panjang sepertti sel, hormon, dan molekul kimia sinyal lainnya. Sistem kekebalan tubuh dapat dikategorikan dalam beberapa cara yang berbeda, termasuk bawaan dan adaptif, pasif dan aktif, serta respon seluler dan antibodi. Semua dari berbagai kategori yang berbeda dapat ditargetkan oleh imunofarmakologi untuk menghasilkan pengobatan baru dan obat-obatan untuk membantu mengobati penyakit, atau hanya untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah di lapangan.
Secara garis besar imunofarmakologi dalm kajiannya membahas tentang imunomodulator.  Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui: Imunorestorasi, Imunostimulasi, Imunosupresi. Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation. Obat yang merangsang atau mengaktifkan sistem kekebalan tubuh diistilahkan dengan imunostimulan, sedangkan imunosupresan yang menekan sistem kekebalan tubuh. Setiap kelas obat yang berguna dalam situasi khusus tertentu dan gangguan kekebalan tubuh.
B.     Imunostimulan
Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efek umumnya lemah. Indikasi imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama yang melibatkan sistem lifatik.
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.
1.      Bahan Imunostimulator
Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, meningkatkan. Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut:
a. Biologik
1) Hormon timus
Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus. Semuanya berfungsi untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun(imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
2) Limfokin
Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan. Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF) dan interferon gama (IFN-.). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker, penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
3) Interferon
Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-a dibentuk oleh leukosit, INF-ß dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-. dibentuk oleh sel T yang diaktifkan. Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan RNA, sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun. Interferon dalam dosis tinggi menghambat penggandaan sel B dan sel T sehingga menurunkan respons imun selular dan humoral, dan dalam dosis rendah mengatur produksi antibodi serta merangsang sistem imun yaitu meningkatkan aktivitas membunuh sel NK, makrofag dan sel T. Dalam klinik, IFN digunakan pada berbagai kanker seperti melanoma, karsinoma sel ginjal, leukimia mielositik kronik, hairy cell leukimia, dan kapossi’s sarkoma.Efek sampingnya adalah demam, malaise, mialgia, mual, muntah, mencret, leukopenia, trombositopenia, dan aritmia.
4) Antibodi monoclonal
Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat hidup terus menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Antibodi tersebut dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia dan tikus in vivo.

5) Transfer factor / ekstrak leukosit
Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa.
6) Nukleotida
Nukleotida terdapat pada air susu ibu. Akhir-akhir ini banyak susu formula yang diberi suplementasi nukleotida. Pada penelitian uji banding kasus yang dilakukan pada bayi, satu kelompok diberikan susu ibu atau susu formula yang disuplementasi nukleotida, dibandingkan dengan kelompok yang diberikan susu formula tanpa nukleotida, ternyata terdapat peningkatan aktifitas sel NK pada bayi-bayi yang diberi susu ibu dan formula dengan nukleotida dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula tanpa nukleotida. Peneliti yang sama mendapatkan peningkatan produksi IL-2 oleh sel monosit pada kelompok yang diberi susu formula dengan nukleotida. Nukleotida juga mengaktifkan sel T dan sel B.
7) Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells
Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini merupakan imunoterapi terhadap keganasan.
8) Bahan asal bakteri
·         BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan telah dicoba pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik).
·         Corynebacterium parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada keganasan.
·         Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.
·         Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
·         Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
9) Bahan asal jamur
Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan. Bahan-bahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker sebagai imunostimulan non-spesifik.5 Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan yang lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan, hipertensi dan kerusakan hati (liver ailments).
b.  Sintetik
1) Levamisol
Merupakan derivat tetramizol, Dalam klinik lazim dipakai sebagai obat cacing, dan sebagai imunostimulan levamisol berkhasiat untuk meningkatkan penggandaan sel T, menghambat sitotoksisitas sel T, mengembalikan anergi pada beberapa kanker (bersifat stimulasi nonspesifik), meningkatkan efek antigen, mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit dan makrofag. Selain untuk penyakit hodgkin, penggunaan klinisnya untuk mengobati artritis reumatoid, penyakit virus, lupus eritematosus sistemik, sindrom nefrotik. Diberikan dengan dosis 2,5 mg/kgBB per oral selama 2 minggu, kemudian dosis pemeliharaan beberapa hari per minggu. Efek samping yang harus diperhatikan adalah mual, muntah, urtikaria, dan agranulositosis. Obat i9ni diabsorpsi dnegan cepat dengan kadar puncak 1-2 jam. Obat ini didistribusikan luas ke berbagai jaringan dan dimetabolisme di hati. Tersedia dalam bentuk tablet 25,40,50 mg.
2) Isoprinosin
Disebut juga isosiplex (ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T. Sebagai imunostimulator isoprinosin berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T, meningkatkan toksisitas sel T, membantu produksi IL-2(LIMFOKIN) yang berperan dalam diferensiasi limfosit dan makrofag, serta meningkatkan fungsi sel NK. Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB. Perlu pemantauan kadar asam urat darah karena pemberian isoprinosin dapat meningkatkan kadar asam urat. Berbagai derivat sintetiknya sedang dalam penyelidikan untuk AIDS dan berbagai neoplasma. Obat ini dilaporkan mengurangi risiko infeksi terhadap HIV pada tahap lanjut.
3) Muramil Dipeptida (MDP)
Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding sel mycobacterium. Sebagai imunostimulan berkhasiat meningkatkan sekresi enzim dan monokin, serta bersama minyak dan antigen dapat meningkatkan respons selular maupun humoral. Dalam klinik telah banyak digunakan untuk pencegahan tumor dan infeksi sebagai ajuvan vaksin.
4) Vaksin BCG
BCG dan komponen aktifnya merupakan produk bakteri yang emmeiliki efek imunostimulan.  Penggunaan BCG dalam imunopotensiasi bermula dari pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih kebal terhadap infeksi oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG digunakan untuk mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan mengaktifkan sel NK. Walaupun sudah dicoba untuk berbagai neoplasma, efek yang cukup nyata terlihat pada kanker kandung kemih dengan pemberian intravesika. Efek samping meliputi reaksi hipersensitivitas, syok, menggigil, lesu, dan penyakit kompleks imun.
5) Bahan-bahan lain
Berbagai bahan yang telah digunakan secara eksperimental di klinik adalah:
·         Azimexon dan ciamexon: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler.
·         Bestatin: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler dan humoral.
·         Tuftsin: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel NK dan granulosit.
·         Maleic anhydride, divynil ether copolymer: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.
·         phenil-pyrimidol: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK
Dalam praktik seharí-hari, pemilihan imunostimulan untuk mencapai hasil yang diinginkan hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
·         Dapat memodifikasi mekanisme imun pejamu yang berbeda dengan antibiotika atau kemoterapi lain yang hanya berefek pada mikroorganisme penyebab penyakit.
·         Mempunyai efek farmakologi dan klinik yang diharapkan dengan efek samping yang minimal.
·         Bebas dari efek yang berbahaya seperti timbulnya autoimun serta limfoma seperti yang pernah dilaporkan akibat beberapa zat kemoterapi serta C parvum.
·         Bebas dari efek sensitisasi disebabkan zat yang digunakan bersifat alergenik seperti BCG, C parvum atau levamisol yang mungkin dapat memberikan reaksi yang tidak diinginkan atau menginduksi terjadinya penyakit kompleks imun.
·         Bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian jangka lama atau berulang.
·         Harus ada data yang lengkap mengenai imunofarmakologi zat tersebut, sehingga dapat digunakan dengan indikasi tepat sesuai dengan keadaan klinis dan kondisi pasien.
Untuk meneliti efektivitas imunostimulan ini, sebaiknya zat yang digunakan tidak mengandung endotoksin karena endotoksin sendiri bersifat sebagai imunostimulan.
2.      Mekanisme Imunostimulan
Imunostimulator secara tidak langsung berkhasiat mereaktivasi system imun yang rendah dengan meningkatkan respon imun tak spesifik antara lain perbanyakan limfo T4, NK-cell dan magrofag distimulasi olehnya, juga pelepasan interferon dan interleukin. Sebagai efek akhir dari reaksi kompleks itu, zat asing dapat dikenali dan dimusnahkan. Pada sel –sel tumor ekspresi antigen transplantasi diperkuat olehnya sehingga lebih dikenali oleh TNF dan sel – sel sytotoksis. Zat imunostimulator yang kini digunakan adalah vaksin BCG, limfokin (interveron , interleukin) dan levamisol.


C.    Imunosupresan
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit. Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker.
1.      Respon imun
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat dua sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan imunitas spesifik ( adaptive imunity).
1)      Imunitas nonspesifik.
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam lambung, lisozim, komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag. Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing dan memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi lain di daerah infeksi. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.


2)      Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen asing dengan antigen sendiri (nonself terhadap self); dan kemampuan untuk bereaksi lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya. Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun, yaitu imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan sel limposit T, sedangkan imunitas humoral melibatkan limposit B dan sel plasma yang berfungsi memproduksi antibodi.
2.      Aktivitas respon imun spesifik
Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting sel.
3.       Indikasi imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu:
1.      transplantasi organ
2.      penyakit autoimun
3.      pencegahan hemolisis Rhesus pada neonates
4.   Prinsip umum terapi imunosupresan
Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah sebagai berikut:
·         Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh berkurang.
·         Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
·         Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit diatasi.
5.   Obat Imunosupresan
a.       Azatioprin
Azatioprin sudah digunakan selama 20 tahun untuk menekan penolakan cangkok organ ginjal dan sudah merupakan prosedur yang diterima. Juga digunakan untuk pengobatan artritis reumatoid berat yang refrakter.
Toksisitas terhadap darah seperti leukopenia dan trombositopenia harus dimonitor dengan baik sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin.
·         Mekanisme kerja.
 Azotioprin adalah antimetabolit golongan purin yang merupakan prekursor 6-merkaptopurin. Azotioprin dalam tubuh diubah menjadi 6-merkaptopurin(6-MP) yang merupakan metabolit aktif dan bekerja menghambat sintesis de novo purin.
·         Interaksi
Penggunaan bersama allopurinol menyebabkan hambatan Xantin oksidase yang juga merupakan enzim penting dalam metabolisme 6-merkaptopurin,sehingga kombinasiIni meningkatkan toksisitas azotioprin dan merkaptopurin.
·         Penggunaan klinis
Azotioprin digunakan antara lain untuk mencegahPenolakan transplantasi, lupus nefritis. GNA, AR, Penyakit Crohn, dan sklerosis multipel. Obat ini kadang2 digunakan untuk ITP dan AIHA yangRefrakter terhadap steroid. Untuk profilaksis digunakan dosis 3-10 mg/KgBB per hari1 atau 2 hari sebelum transplantasi.Dosis pemeliharaan 1-3 mg/KgBB per hari.Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan iv100mg/vial
·         Efek Samping
Menghambat proliferasi sel-sel yang cepat tumbuh seperti mukosa usus, dan sumsum tulang dengan akibatleukopeni dan trombositopeni.Ruam kulit, mual. mutah dan diare. Dapat terjadi peningkatan enzim transaminase, kolestasis. Efek samping lain dapat terjadi peningkatan risikoInfeksi dan efek mutagenisitas dan karsinogenisitas.

BAB III
KESIMPULAN

Imunofarmakologi dalm kajiannya membahas tentang imunomodulator.  Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui: Imunorestorasi, Imunostimulasi, Imunosupresi. Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation. Obat yang merangsang atau mengaktifkan sistem kekebalan tubuh diistilahkan dengan imunostimulan, sedangkan imunosupresan yang menekan sistem kekebalan tubuh. Setiap kelas obat yang berguna dalam situasi khusus tertentu dan gangguan kekebalan tubuh.

DAFTAR REFERENSI

Anonim, “Kontroversi Imunisasi Bayi–Masukan Bagi Ummat Islam” http://www.tipsbayi.com/kontroversi-imunisasi-bayi-masukan-bagi-ummat-islam.html. (21 November 2014). 

[1] Anonim, “Vaksin” http://ipdia.blogspot.com/2013/09/vaksin.html. (21 November 2014).

[1] Anonim, “Manfaat Imunisasi bagi Bayi” http://cardiacku.blogspot.com/2013/06/manfaat-imunisasi-bagi-bayi.html. (21 November 2014).
[1] Anonim, “Ilmu Kesehatan Anak-Dian Husada  Tujuan Imunisasi” http://dwimery-dianhusada.blogspot.com/p/tujuan-imunisasi.html. (21 November 2014).


Comments

  1. Salah satu merk produk komersial yang membantu perbaikan sistem imun adalah Stimuno untuk balita/anak dan forte untuk dewasa. Sebagai imunomudulator, stimuno memiliki Kontraindikasi, yakni stimuno jangan (tidak boleh) diminum oleh wanita hamil, ibu menyusui, pasien dengan hipersensitivitas terhadap tanaman meniran (Phyllanthus niruri) dan pasien yang menderita penyakit autoimun.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

MAKALAH PENILAIAN AUTENTIK

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum   merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini

MAKALAH METABOLISME PROTEIN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebagian besar struktur yang membentuk hewan, tumbuhan dan mikroba yang dibuat dari tiga kelas dasar molekul, yaitu: asam amino, karbohidrat dan lipid (sering disebut lemak). Sebagai molekul ini penting bagi kehidupan, reaksi metabolik fokus pada pembuatan molekul-molekul selama pembangunan sel dan jaringan dan menggunakannya sebagai sumber energi dalam pencernaan dan penggunaan makanan. Protein terbuat dari asam amino yang diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama-sama oleh ikatan peptida. Banyak protein adalah enzim yang mengkatalisis reaksi kimia dalam metabolisme. Protein lain memiliki fungsi struktural atau mekanis, seperti protein yang membentuk sitoskeleton, sistem perancah yang mempertahankan bentuk sel. Protein juga penting dalam isyarat sel, tanggapan imun, sel, transpor aktif di seluruh membran, dan siklus sel. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa yang dimaksud dengan metabolisme protein? 2.       Bagaimana pe

TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN

Asal-usul kehidupan menjadi pertanyaan bagi para ilmuwan dan manusia selama ini. Selama ratusan tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa makhluk hidup yang ada di bumi beraneka ragam. Dalam keanekaragaman tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa pada beberapa makhluk hidup ditemukan juga beberapa kesamaan. Sejak lama, para ilmuwan berusaha menjawab sebuah pertanyaan, bagaimana kehidupan berasal / berawal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak ilmuwan yang mengemukakan berbagai teorinya disertai bukti-bukti yang mendukung teori tersebut. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut belum dapat sepenuhnya terjelaskan oleh teori-teori tersebut karena teori-teori tersebut sulit dibuktikan.     Dari banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua teori utama yang dapat diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi. Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah munculnya teori abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemi