Skip to main content

MAKALAH TOLERANSI IKAN SALMON & IKAN SIDAT TERHADAP SALINITAS



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Air berpengaruh terhadap biota perairan seperti ikan, udang, kerang, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat fisiknya yaitu sebagai medium tampat hidup tepat tumbuh-tumbuhan dan hewan. Selain itu, dengan sifat-sifat kimianya air berfungsi sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan bahan-bahan organic oleh tumbuh-tumbuhan (Ghufran & Tancun, 2007)
Salinitas menurut Boyd (1982) dalam Ghufran et al. (2007) salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi ikan yang mempunyai salinitas yang kecil (Stenohaline) dan ikan yang mempunyai salinitas yang lebar (Euryhaline).
Kandungan kadar garam pada suatu media berhubungan erat dengan sistem (mekanisme) osmoregulasi pada organism air tawar. Affandi (2001) berpendapat bahwa organism aquatic mempunyai tekanan osmotic yang berbeda-beda dengan lingkungannya. Oleh karena itu, ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar proses-proses fisiologis didalam tubuhnya berlangsung normal.
Setiap organisme mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk menghadapi masalah osmoregulasi sebagai respon atau tanggapan terhadap perubahan osmotic lingkungan eksternalnya. Perubahan konsentrasi ini cenderung mengganggu kondisi internal yang mantap. Untuk menghadapi masalah ini hewan melakukan pengaturan tekanan osmotic dengan cara mengurangi gradien osmotic antara cairan tubuh dengan lingkungannya, melakukan pengambilan garam secara selektif. Pada organism aquatic seperti ikan, terdapat beberapa organ yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotic atau osmoregulasi agar proses fisiologis didalam tubuhnya dapat berjalan dengan normal. Osmoregulasi ikan dilakukan oleh organ-organ ginjal, ingsang, kulit, dan saluran pencernaan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari migrasi ?
2.      Bagaimanakah migrasi pada ikan salmon dan ikan sidat ?
3.      Bagaimanakah cara toleransi ikan salmon dan ikan sidat terhadap salinitas ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari migrasi
2.      Mengetahui bagaimana migrasi pada ikan salmon dan ikan sidat
3.       Mengetahui bagaimana cara toleransi ikan salmon dan ikan sidat terhadap salinitas








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Migrasi
Migrasi atau yang lebih dikenal dengan ruaya merupakan suatu proses perpindahan ikan dari suatu tempat ke tempat lain yang memungkinkan ikan untuk hidup, tumbuh,  ataupun berkembangbiak. Ruaya ataupun migrasi ini biasanya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu genetik atau insting, makanan, dan reproduksi serta faktor eksternalnya adalah temperature, salinitas dan predator. Lucas & Baras (2001) dalam jurnal Fahmi (2010) menyebutkan secara umum migrasi merupakan pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah banyak ke suatu wilayah. Contohnya, ikan yang berangkat dan menuju suatu lokasi yang sama ataupun hampir sama dengan tempat lahirnya. Migrasi menuju tempat reproduksi umumnya dilakukan setiap tahun atau setiap musim pemijahan sedangkan migrasi yang dilakukan ikan yang masih kecil (juvenil) untuk mencari makanan dapat dilakukan berulangkali.

B.     Migrasi pada Ikan Salmon dan Ikan Sidat
Ikan salmon merupakan ikan yang anadromus yaitu ikan yang beruaya dari perairan laut menuju ke perairan tawar. Ikan salmon dewasa banyak menghabiskan waktunya di perairan laut dan akan beruaya ke perairan tawar untuk melakukan pemijahan. Pemijahan ikan salmon ini terjadi pada musim dingin dan musim gugur di hulu sungai. Telur ikan salmon akan menetas di sungai, hal ini kemungkinan disebabkan karena hubungannya dengan faktor suhu yang sesuai, faktor makanan yang dibutuhkan untuk anak-anaknya, dan faktor hormonal. Setelah dewasa, barulah ikan salmon akan kembali ke laut dan akan mengalami perubahan fisiologis, yakni perubahan osmoregulasi dari air tawar ke air laut (hyperosmosis ke hypoosmosis). Ketika salmon sudah terbiasa dengan air asin, kulitnya akan berubah menjadi seperti sutra yang berkilauan. Begitu seterusnya berjalanan hidup ikan salmon.
Ruaya atau migrasi lainnya adalah yang dilakukan oleh ikan Sidat (Anguilla anguilla). Ikan Sidat termasuk ikan yang katadromus yaitu ikan yang beruaya dari air tawar menuju air laut untuk melakukan pemijahan. Ruayanya juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi proses migrasi ikan sidat adalah faktor genetik yaitu ekspresi genetic ikan tergantung ikan tergantung pada lingkungan dan stadia perkembangan ikan yang memberikan respon pada insting dan fisiologi ikan kecil untuk melakukan migrasi menuju ke area feeding ground  dan ikan dewasa oleh instingnya melakukan migrasi ke daerah pemijahan (spawning ground). Keseimbangan metabolik juga  merupakan faktor internal yang lain karena banyak ikan melakukan migrasi untuk mencari makan dalam hal pemenuhan isi lambungnya karena kelaparan dan berkaitan dengan keseimbangan metabolism. Pemijahan juga merupakan faktor internal ikan sidat melakukan migrasi.
Faktor eksternal yang mempengaruhi migrasi ikan sidat adalah terkait dengan intensitas cahaya. Ikan sidat sebagai ikan nokturnal tidak akan meninggalkan shelter ( perlindungannya) hingga matahari tenggelam. Ikan sidat akan bergerak cepat menuju hulu pada malam hari karena aktivitas ikan sidat sangat dipengaruhi oleh cahaya bulan.
Selama proses migrasi ikan sidat dan ikan salmon akan melakukan upaya untuk mempertahankan hidup diantaranya adalah mengatur tekanan osmotik (osmoregulasi) dan metabolisme. Osmoregulasi adalah mekanisme atau aktivitas fisiologis hewan yang berkaitan dengan pengaturan konsentrasi ion dan volume cairan di dalam badan dan luar badan. Untuk mencapai kondisi isoosmotik maka ikan akan melakukan pengambilan dan pengeluaran ion dari dalam badan. Ikan migrasi memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan salinitas. Ikan
yang berada di air tawar mengalami hiperosmotik terhadap lingkungan. Untuk mencapai isoosmotik, ikan akan mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum banyak untuk mengatur volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami hipoosmotik terhadap lingkungan. Setiap ikan yang melakukan migrasi akan menyimpan banyak energi saat melakukan ruaya ke tempat sumber makanan. Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak untuk melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat pemijahan. Energi yang dikeluarkan ikan saat bermigrasi digunakan untuk berenang, osmoregulasi, dan respirasi.
Adaptasi yang dilakukan oleh ikan sidat untuk berkembangbiak dan mempertahankan hidupnya yaitu adaptasi bentuk badan ikan sidat pertama kali mulai terlihat pada fase leptocephalus, yaitu bentuk badan yang pipih menyerupai daun karena sangat penting dimiliki ikan yang akan melakukan migrasi secara pasif mengikuti pola arus., juga memiliki warna badab yang transparan sebagai upaya adaptasi terhadap serangan predator. Ikan sidat mulai mengalami metamorfosis pada saat memasuki perairan tawar yaitu bentuk badan berubah menjadi oval dan panjang. Bentuk ini memudahkannya untuk bergerak/berenang dengan cepat saat memasuki muara sungai dan melakukan tingkah laku meliang dalam lumpur dan kelenturan badannya digunakan untuk bersembunyi di balik batu untuk menghindari serangan predator. Mata ikan sidat akan beradaptasi saat memasuki perairan laut dalam karena komposisi sel retina akan mengalami perubahan/menyesuaikan intensitas cahaya. Pembesaran mata ikan sidat mencapai empat kali lipat ukuran normal yaitu untuk meningkatkan kemampuan melihat karena lingkungan perairan sudah mulai gelap.

C.     Toleransi Ikan Salmon dan Ikan Sidat terhadap Salinitas saat Migrasi
Ikan yang dalam masa hidupnya mengalami dua habitat yakni air laut dan air tawar biasa disebut sebagai spesies diadromous. Dalam hal ini ikan salmon dan ikan sidat merupakan contohnya. Ke dua ikan ini menggunakan ekosistem estuaria sebagai jalur migrasi untuk memijahkan telurnya dari laut ke sungai ataupun dari sungai ke laut. Ke dua ikan ini akan melakukan osmoregulasi untuk menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuhnya tidak isoosmotik dengan lingkungan eksternal.
1.      Ikan salmon
Ikan salmon dikelompokkan dalam spesies diadromous yang bersifat anadromous, yakni bermigrasi dari habitat air laut ke air tawar. Ikan salmon termasuk dalam tipe euryhaline, mempunyai toleransi besar pada paparan salinitas. Ikan salmon dewasa hidup di laut dengan kadar salinitas tinggi. Dimana ikan salmon akan meminum banyak air laut untuk mengatur kadar garam tubuh dan mengekskresikan kelebihan garam dari insang. Peranan ginjal dalam ekskresi garam sangatlah besar melalui kelenjar rektal yang nantinya akan mengekskresikan natrium klorida untuk menyeimbangkan konsentrasi garam internal tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi garam air laut. Dan ketika ikan salmon akan bereproduksi menuju ke arah hulu sungai, disini akan terjadi perubahan osmoregulasi tubuh dari air laut ke air tawar (hypoosmosis ke hyperosmosis). Ketika migrasi ke air tawar untuk memijah, ikan salmon itu akan berhenti atau sedikit minum dan insangnya akan mulai mengambil garam dari lingkungan yang konsentrasinya tidak pekat. Ikan salmon ini akan menyeimbangkan perolehan air dengan banyak mengeluarkan urin.
Telur ikan salmon akan menetas di sungai, hal ini kemungkinan disebabkan karena hubungannya dengan faktor suhu yang sesuai, faktor makanan yang dibutuhkan untuk anak-anaknya, dan faktor hormonal. Setelah dewasa, barulah ikan salmon akan kembali ke laut dan akan mengalami perubahan fisiologis, yakni perubahan osmoregulasi dari air tawar ke air laut (hyperosmosis ke hypoosmosis). Ketika salmon sudah terbiasa dengan air asin, kulitnya akan berubah menjadi seperti sutra yang berkilauan. Begitu seterusnya berjalanan hidup ikan salmon.
2.      Ikan sidat
Ikan sidat dikelompokkan dalam spesies diadromous yang bersifat katadromous, yakni bermigrasi dari habitat air tawar ke air laut. Pada saat bereproduksi ikan sidat akan menuju ke laut, disana telur akan menetas dan berkembang. Tetapi ketika beranjak dewasa ikan-ikan sidat akan kembali ke hulu sungai. Stadia glass eel (larva) ikan sidat lebih menyukai air laut dan bersifat osmoregulator kuat.  Sedangkan elver (benih sidat) yang sudah mengalami pigmentasi penuh lebih menyukai perairan tawar. Ikan sidat ketika berada di laut akan meminum banyak sekali air laut, lalu memompa kelebihan garam dengan insang dan mengekskresikan urin dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini dilakukan untuk mengkompensasikan kehilangan air yang terjadi secara osmosis. Sedangkan ketika berada di air tawar ikan sidat akan sedikit minum dan banyak mengeluarkan urin yang hipoosmotik dengan cairan tubuhnya untuk menyeimbangkan perolehan  air.



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ikan yang dalam masa hidupnya mengalami dua habitat yakni air laut dan air tawar biasa disebut sebagai spesies diadromous. Dalam hal ini ikan salmon dan ikan sidat merupakan contohnya. Ke dua ikan ini menggunakan ekosistem estuaria sebagai jalur migrasi untuk memijahkan telurnya dari laut ke sungai ataupun dari sungai ke laut. Ke dua ikan ini akan melakukan osmoregulasi untuk menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuhnya tidak isoosmotik dengan lingkungan eksternal. Ikan salmon merupakan ikan yang anadromus yaitu ikan yang beruaya dari perairan laut menuju ke perairan tawar. Ikan salmon dewasa banyak menghabiskan waktunya di perairan laut dan akan beruaya ke perairan tawar untuk melakukan pemijahan. Ikan Sidat termasuk ikan yang katadromus yaitu ikan yang beruaya dari air tawar menuju air laut untuk melakukan pemijahan.









DAFTAR PUSTAKA

Anti. Adaptasi Organisme. http://www.biologieducation.htm. (diakses pada tanggal 27 Desember 2013).
Mahmuda, Ummy. Laporan Toleransi Terhadap Salinitas. http://www.laporantoleransiterhadapsalinitas.html. (diakses pada tanggal 27 Desember 2013).
Navalda. Ikan Salmon dan Ikan Sidat. http://www.ikansalmondanikansidat.html. (diakses pada tanggal 27 Desember 2013).




Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENILAIAN AUTENTIK

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum   merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini

MAKALAH METABOLISME PROTEIN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebagian besar struktur yang membentuk hewan, tumbuhan dan mikroba yang dibuat dari tiga kelas dasar molekul, yaitu: asam amino, karbohidrat dan lipid (sering disebut lemak). Sebagai molekul ini penting bagi kehidupan, reaksi metabolik fokus pada pembuatan molekul-molekul selama pembangunan sel dan jaringan dan menggunakannya sebagai sumber energi dalam pencernaan dan penggunaan makanan. Protein terbuat dari asam amino yang diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama-sama oleh ikatan peptida. Banyak protein adalah enzim yang mengkatalisis reaksi kimia dalam metabolisme. Protein lain memiliki fungsi struktural atau mekanis, seperti protein yang membentuk sitoskeleton, sistem perancah yang mempertahankan bentuk sel. Protein juga penting dalam isyarat sel, tanggapan imun, sel, transpor aktif di seluruh membran, dan siklus sel. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa yang dimaksud dengan metabolisme protein? 2.       Bagaimana pe

TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN

Asal-usul kehidupan menjadi pertanyaan bagi para ilmuwan dan manusia selama ini. Selama ratusan tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa makhluk hidup yang ada di bumi beraneka ragam. Dalam keanekaragaman tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa pada beberapa makhluk hidup ditemukan juga beberapa kesamaan. Sejak lama, para ilmuwan berusaha menjawab sebuah pertanyaan, bagaimana kehidupan berasal / berawal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak ilmuwan yang mengemukakan berbagai teorinya disertai bukti-bukti yang mendukung teori tersebut. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut belum dapat sepenuhnya terjelaskan oleh teori-teori tersebut karena teori-teori tersebut sulit dibuktikan.     Dari banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua teori utama yang dapat diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi. Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah munculnya teori abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemi