Skip to main content

LABA-LABA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN



Kita akan belajar tentang filosofi kehidupan seekor laba-laba (Al Ankabut). Al-‘ankabu atau ‘ankabatun yang lebih dikenal dengan al-‘Ankabut adalah bentuk mufrad dari kata ‘anakib atau kata ‘ankabutat merupakan nama salah satu jenis serangga berkaki delapan yang dalam bahasa indonesia disebut laba-laba atau spider dalam bahasa inggris.
Serangga ini membuat sarangnya yang berbentuk jaring-jaring dari benang sutra (air ludahnya) yang dihasilkan dari perutnya yang juga berfungsi sebagai perangkap mangsa. Kata al-‘Ankabut merupakan nama salah satu surat di dalam al-Quran, yaitu Surah al-‘Ankabut ( Surah ke 29), yang terdiri dari 69 ayat. Meskipun al-‘Ankabut merupakan nama surat, kata al-‘Ankabut itu sendiri hanya ditemukan dua kali di dalam Alquran, yaitu pada Surah al-‘Ankabut (29): 41 : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya).” Fenomena hidup laba-laba sangat menarik untuk kita kaji, semoga dari kajian ini Insyaa Allah kita dapat mengambil pelajaran berharga. Kehidupan seekor laba-laba memiliki keunikan berikut ini:

1. Laba-laba giat bekerja tak kenal lelah

Sewaktu kita sedang menatap interior rumah atau sewaktu terpaku pandang pada sebatang pohon, mungkin ada beberapa laba-laba yang membuat sarang di sana. Kemudian jika tergerak hati kita untuk membersihkan atau mungkin juga iseng untuk merusak sarang laba-laba tersebut. Kemudian coba perhatikan apa yang dikerjakan oleh laba-laba setelah sarangnya hancur? Ternyata laba-laba membuat kembali sarang barunya di tempat yang sama. Berapakalipun manusia merusak sarangnya, sebanyak itulah laba-laba dengan penuh semangat bekerja tak kenal lelah untuk memperbaiki dan membuat sarang baru. Melihat perangai laba-laba tadi, mengajarkan kepada kita untuk tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, seandainya dalam hidup ini kita mengalami kegagalan sehingga tidak mengeluh dan putus asa, bangkit lagi untuk berjuang lebih giat menghadapi dan mengurangi potensi kegagalan yang menghadang. Ingat kegagalan adalah bagian kecil dari proses menuju sukses dan tidak ada kesuksesan yang tercipta tanpa sebuah kegagalan. Jadikan kegagalan sebagai awal introspeksi diri dan bekerja lebih keras.

2. Laba-laba contoh egoisme sektoral

Laba-laba dengan filosofi hidupnya hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap hewan lain untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak perduli dengan nasib hewan lainnya. Orang yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.

3. Jaring Laba-laba contoh model Networking Management

Sistem jaring-jaring rancang bangun sarang laba-laba mengilhami manusia untuk membangun Networking Multilevel Marketing dan strategi militer. Networking Multilevel Marketing mengambil i’tibar dari dari laba-laba karena sarang laba-laba identik dengan jaring-jaring keagenan (jaringan pemasaran) yang menyatu dan saling menguatkan satu sama-lainnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan usaha bersifat berkesinambungan dan terpadu, harus dapat tercipta-tumbuh dan terpelihara. Strategi militer juga mengadopsi prinsip jaring laba-laba (spidernet). Pemimpin berada di tengah atau pusat organisasi jaringnya. Apabila ada hambatan, ancaman dan gangguan terhadap eksistensi organisasinya, getaran dari si pembuat masalah terasa sampai kepada sang pemimpin yang selanjutnya turun langsung menuju pusat gangguan untuk mengamati seberapa besar masalah yang ada dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Apabila si pembuat onar tadi sampai merusak jaring organisasi maka sang pemimpin beserta kesatuannya akan berusaha memperbaikinya seperti sediakala. Dalam strategi militer, kalau ada ancaman terhadap organisasi diselesaikan di kesatuan. Jika tidak memungkinkan, baru meminta bantuan dari kesatuan lain dan bersama-sama menghadapinya.

4. Laba-laba contoh model Kepribadian Mudah Panik/Kalang-kabut

Naluri laba-laba menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah. Orang yang menganggap orang lain sebagai pesaing bagi target/cita-cita pribadinya dan bukan sebagai mitra kerja, akan selalu dalam posisi khawatir orang lain akan mengganggu keberhasilan pencapaian target/cita-citanya. Dia akan pontang-panting bergerak ke segala arah mencari keyakikan dan ketenangan diri bahwa target/cita-citanya tidak terganggu. Tindakannya kalangkabut laksana seperti seekor laba-laba. (Catatan penulis: Kalangkabut merupakan kata serapan bahasa Arab : Kaal-ankabut=seperti laba-laba).

5. Jaring Laba-laba Indah Tapi Rapuh

Allah menjadikan laba-laba sebagai contoh dalam Al Qur’an, bukan karena laba-laba binatang yang istimewa sepertihalnya semut atau lebah, melainkan karena laba-laba merupakan binatang yang lemah dan bodoh. Laba-laba membuat sarang (rumah) yang terbuat dari benang halus untuk melindungi dirinya dari panas dan dingin serta untuk menolak penderitaan bagi dirinya. Akan sang laba-laba tidak mengetahui kalau rumahnya yang berupa jaring-jaring itu meski terkesan sangat indah dilihat tapi sangat rapuh, dan ternyata tidak dapat melindunginya dari kesengsaraan ketika ia membutuhkannya. Sebagaimana disebutkan Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 41, Allah memberikan perumpamaan itu berkaitan dengan kebodohan orang-orang musyrik yang menjadikan berhala dan patung sebagai sesembahan dan penolong bagi mereka. Padahal, berhala dan patung itu sama sekali tidak dapat menolong mereka. Maka, Allah menyamakan kekurangan dan kelemahan orang-orang musyrik dengan laba-laba dalam mencari pelindung untuk dirinya. Orang-orang musyrik dan laba-laba sama-sama bodoh di dalam membuat pengaman dan pelindung untuk dirinya, karena pelindung yang diharapkan dapat melindungi mereka ternyata tidak dapat diandalkan. Dari uraian cerita di atas marilah kita tata hidup ini dengan mengambil i’tibar/pelajaran bahwa :
*Giatlah bekerja tanpa keluh kesah dan putus asa.
*Jadikan kegagalan sebagai awal dari proses menuju sukses.
*Dalam berorganisasi hendaknya bersatu saling menguatkan bekerja sama dalam mencapai tujuan.
*Jadikan orang lain sebagi mitra kerja dalam mencapai keberhasilan organisasi.
*Jadilah pemimpin yang memberi teladan, memberi semangat dan membimbing ke arah keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
*Pemimpin yang ditaati karena disegani, bisa sesenyum setangis bersama bawahan sehingga timbul *saling pengertian, saling memiliki dan saling bertanggungjawab untuk bergerak maju bersama menuju keberhasilan organisasi.
*Jadikan Allah SWT sebagai satu-satunya pelindung dan penolong dalam kehidupan kita agar hidup mendapat Ridho dan Baroqah-NYA
SUMBER: http://alankkabuut.blogspot.co.id/p/penjelasan-surat-al-ankabut.html

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENILAIAN AUTENTIK

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum   merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini

MAKALAH METABOLISME PROTEIN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebagian besar struktur yang membentuk hewan, tumbuhan dan mikroba yang dibuat dari tiga kelas dasar molekul, yaitu: asam amino, karbohidrat dan lipid (sering disebut lemak). Sebagai molekul ini penting bagi kehidupan, reaksi metabolik fokus pada pembuatan molekul-molekul selama pembangunan sel dan jaringan dan menggunakannya sebagai sumber energi dalam pencernaan dan penggunaan makanan. Protein terbuat dari asam amino yang diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama-sama oleh ikatan peptida. Banyak protein adalah enzim yang mengkatalisis reaksi kimia dalam metabolisme. Protein lain memiliki fungsi struktural atau mekanis, seperti protein yang membentuk sitoskeleton, sistem perancah yang mempertahankan bentuk sel. Protein juga penting dalam isyarat sel, tanggapan imun, sel, transpor aktif di seluruh membran, dan siklus sel. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa yang dimaksud dengan metabolisme protein? 2.       Bagaimana pe

TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN

Asal-usul kehidupan menjadi pertanyaan bagi para ilmuwan dan manusia selama ini. Selama ratusan tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa makhluk hidup yang ada di bumi beraneka ragam. Dalam keanekaragaman tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa pada beberapa makhluk hidup ditemukan juga beberapa kesamaan. Sejak lama, para ilmuwan berusaha menjawab sebuah pertanyaan, bagaimana kehidupan berasal / berawal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak ilmuwan yang mengemukakan berbagai teorinya disertai bukti-bukti yang mendukung teori tersebut. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut belum dapat sepenuhnya terjelaskan oleh teori-teori tersebut karena teori-teori tersebut sulit dibuktikan.     Dari banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua teori utama yang dapat diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi. Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah munculnya teori abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemi