Skip to main content

KEISTIMEWAAN RAYAP DALAM AL-QUR'AN






Rayap adalah binatang kecil seperti semut, dan mereka sangat terampil. Sarang-sarang yang kalian lihat di gambar-gambar yang tampak seperti menara tinggi itu dibangun oleh makhluk-makhluk kecil ini. Tetapi, jangan salah, ini bukanlah sarang biasa. Rayap membangunnya sesuai dengan perencanaan tertentu. Kamar-kamar khusus bagi rayap-rayap muda, tempat penanaman jamur, dan ratu rayap adalah sedikit contoh saja dari bagian dalam sarang rayap. Lebih penting lagi, sarang rayap juga membangun suatu sistem pertukaran udara khusus. Rayap, yang berkulit sangat tipis, membutuhkan udara lembab. Karena itu, mereka harus mempertahankan suhu dan kelembaban sarang pada tingkat tertentu. Kalau tidak, rayap akan mati.
Untuk itu rayap mengupayakan agar udara beredar di sarangnya melalui saluran-saluran khusus dan menggunakan air dari saluran bawah tanah yang telah mereka gali. Dengan cara itulah mereka mengatur suhu dan kelembaban sarangnya. Pernahkah kalian menyadari betapa sulitnya mengerjakan hal ini? Pernahkah kalian menyadari bahwa untuk itu rayap harus melakukan berbagai hal yang harus dipikirkan seksama dan secara bersamaan pula? Selain itu, yang telah kita baca sejauh ini baru sebatas kesimpulan dari berbagai hal yang dilakukan rayap.
Keistimewaan rayap lainnya adalah cara mereka mempertahankan sarang, yang tingginya mencapai lebih dari tujuh meter. Rayap tahu bahwa ada lubang di dinding sarangnya. Dengan memukulkan kepala ke dinding sarang, rayap penjaga memberi peringatan pada seluruh anggota koloni (masyarakat) rayap. Karena mendengar peringatan ini, larva-larva (rayap-rayap yang masih bayi) dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Pintu masuk ke kamar raja dan ratu lantas ditutup dengan dinding yang dibangun dengan cepat. Bagian yang rusak dijaga oleh rayap-rayap penjaga, yang diikuti oleh rayap pekerja yang membawa bahan-bahan untuk memperbaiki dinding kembali. Dalam beberapa jam, wilayah yang rusak telah ditutupi dengan timbunan bahan tersebut. Kemudian, bilik-bilik bagian dalam dibangun. Rayap bertindak atas dasar rencana yang telah dibuat sebelumnya. Setiap anggota koloni mengerjakan tugasnya tanpa menyebabkan kekacauan apa pun.
Kemampuan rayap untuk melakukan semua ini dalam waktu yang sangat singkat adalah bukti adanya komunikasi sempurna di antara rayap-rayap. Namun, ada hal yang jauh lebih menakjubkan tentang rayap-rayap yang membangun keteraturan seperti ini, membangun tempat tinggal seperti gedung-gedung pencakar langit, dan melakukan tindakan pengamanan untuk melindungi koloni mereka. Rayap-rayap itu, ternyata, BUTA. Mereka tidak melihat apa pun saat mengerjakan tugas-tugas ini. Bagaimana makhluk-makhluk ini bisa begitu ahli dan mampu membuat perencanaan seperti itu? Jawaban yang diberikan oleh pakar-pakar evolusi adalah bahwa semua itu terjadi “secara kebetulan”. Jawaban ini tidak benar. Mengapa? Karena bahkan satu hal saja dari keteraturan koloni rayap ini, misalnya saluran peredaran udara, sudah cukup untuk membuktikan bahwa sistem ini tidak bisa terjadi secara kebetulan saja. Pastilah rayap-rayap buta ini tidak dapat memastikan keteraturan yang sempurna ini dan tidak mampu melakukan seluruh pekerjaan ini tanpa cela. Pastilah mereka telah diajari untuk melakukannya.
Allah telah menyebutkan beberapa hewan di dalam Al Qur’an dan mengajak kita untuk merenungkan contoh-contoh tersebut. Misalnya, lebah madu dijadikan contoh dalam Surat An-Nahl. Dalam ayat ini, kita diberitahu bahwa lebah-lebah yang menghasilkan madu untuk kita diajari untuk melakukan hal itu oleh Allah. Ayat-ayatnya adalah:
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah , “ Buatlah sarang di bukit – bukit , di pohon – pohon kayu , dan di tempat – tempat yang dibuat oleh manusia . Kemudian, makanlah dari setiap ( macam- macam ) buah – buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan ( bagimu ) . ” Dari perut lebah itu keluar minuman ( madu ) yang bermacam – macam warnanya , di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia . Sesungguhnya , pada hal seperti itu benar- benar terdapat tanda ( kebesaran Tuhan ) bagi orang – orang yang memikirkan (QS An-Nahl: 68-69)
Seperti lebah-lebah yang disebutkan di dalam ayat-ayat di atas, rayap hidup menurut cara yang diajarkan Allah dan difirmankan kepada mereka. Allah-lah Yang menciptakan komunikasi sempurna di antara makhluk-makhluk buta ini, mengajari mereka apa yang harus dilakukan, dan menyuruh setiap anggota jutaan rayap yang tergabung dalam sebuah koloni mengerjakan tugas mereka.
Hai Manusia ! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu . Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) selain Dia ; Mengapa kamu berpaling ( dari ketauhidan)? (QS Faathir:3)
Alangkah indahnya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk apapun yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Rayap, misalnya, adalah salah satu makhluk yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan. Akan tetapi, sekiranya kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan waktu dan kepedulian kita untuk berpikir tentang peranan dan manfaatnya bagi kita semua, yang mungkin selama ini sangat terabaikan dari perhatian kita.
Peran rayap tercatat dalam Alquran terekam saat meninggalnya Nabi Sulaeman a.s. Waktu itu, dengan karunia-Nya beliau meninggal tatkala berdiri memegang tongkatnya. Luar biasanya lagi, tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui bahwa Nabi Sulaeman telah meninggal. Hingga suatu peristiwa menunjukkan kematiannya, yaitu ketika beliu jatuh tersungkur akibat tongkat yang menopangnya hancur dimakan rayap (QS. 34:14). Sebagai organime pemakan kayu (selulosa), itulah memang sebagian dari misi keberadaan rayap; makan kayu.
Bagaimana rayap mampu melumat kayu? Kayu merupakan produk dari tumbuhan. Tersusun dari unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambungan membentuk rantai molekul. Unit-unit itu terikat dengan ikatan glikosidik. Sebagai polimer, kayu melimpah keberadaanya di dunia, terdapat hampir 26,5 x 1010 ton. Manusia memanfaatkannya dalam berbagai bentuk penggunaan (kertas, kain, bahan bakar, dll) tetapi tak mampu menggunakannya sebagai sumber nutrisi (makanan). Sebaliknya rayap mampu mencerna selulosa sebagai sumber nutrisinya.
Manusia sendiri tidak mampu mencernakan selulosa–bagian berkayu dari sayuran yang kita makan, akan dikeluarkan lagi–, sedangkan rayap mampu melumatkan dan menyerapnya sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin-nya saja. Keadaan menjadi jelas setelah ditemukan berbagai protozoa flagellata dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap (terutama rayap tingkat rendah: Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae), yang ternyata berperan sebagi simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa. Bagi yang tidak memiliki protozoa seperti famili Termitidae, bukan protozoa yang berperan tetapi bakteria–dan bahkan pada beberapa jenis rayap seperti Macrotermes, Odontotermes dan Microtermes memerlukan bantuan jamur perombak kayu yang dipelihara di “kebun jamur” dalam sarangnya.
Makanan utamanya adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Dari perilaku makan yang demikian, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.
Dari 2500 jenis rayap di dunia, 200 jenis di antaranya terdapat di Indonesia. Sembilan koma lima persen yang ada di Indonesia tadi justru sangat bersahabat dengan manusia. Sedangkan lima persen rayap lainnya menjadi pengganggu kehidupan manusia, yaitu jenis Cryptotermes curvidnathas, Schedorhinotermes Javanica, Macrotermes gilvus, Cryptotermes cynocepha, dan Microtermes inspiparis. Sikap bersahabat ini karena keberadaan rayap di suatu tempat dapat menjadi indikator kesuburan lahan di lokasi tersebut. Tiada lain karena rayap memang mampu menyuburkan lahan yang diringgalinya. Seekor rayap dapat diumpamakan sebuah bioreaktor yang mampu melumatkan sampah, kayu, kertas dan bahan lainnya, yang terdapat di dalam dan permukaan tanah.
Uniknya, rayap sebenarnya termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun silam, diduga lebih tua dari manusia. Dari waktu ke waktu jumlah rayap terus meningkat mengingat peningkatan jumlah rumah karena meningkatnya jumlah penduduk. Ditambah, hutan sebagai habitat asli rayap, juga mulai berkurang karena dibuka untuk lahan pertanian dan perumahan. Karena tidak ada ranting sebagai bahan makanan rayap, maka kusen pintu, jendela, sampai perabot rumahlah yang jadi sasaran.
Dari 4000 jenis kayu yang ada di Indonesia, hanya sekitar 10 persen saja yang tahan terhadap serangan rayap, diantaranya kayu ulin, merbau, sengon laut, dan kayu laut. Kayu-kayu tersebut memiliki zat ekstraktif yang bersifat racun bagi jamur dan rayap. Sebetulnya semua jenis kayu memiliki zat tersebut, namun zat itu bisa habis tercuci oleh bahan pelarut umum, seperti air hujan, metanol, air panas, air dingin, alkohol dan sebagainya.
Terdapat keistimewaan yang luar biasa dari binatang ini, dari keanekaragaman jenisnya sampai nilai manfaatnya bagi hidup dan kehidupan. Kemampuan dan nilai manfaat rayap ini, mustahil dijelaskan dengan serangkaian peristiwa kebetulan sebagaimana anggapan teori evolusi. Peristiwa kebetulan tidak mampu memunculkan sejumlah mekanisme sempurna ini secara bersamaan. Manusia, dengan akal dan ilmunya, tidak akan percaya bahwa peristiwa kebetulan memunculkan desain ini. Rayap telah Allah ciptakan sebagai bagian dari rancangan seluruh alam ini uamh didesain dengan Maha Sempurna.
Kelebihan nilai manfaat binatang yang satu ini adalah perwujudan ilmu yang Mahaluas dari Sang Pencipta. Allah, Penguasa Seluruh Alam, adalah Pencipta segala sesuatu. Dan seluruh makhluk hidup memperlihatkan tanda-tanda penciptaan sempurna oleh Allah. “Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini”. (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 4)
Rayap selalu hidup dalam satu kelompok yang disebut koloni dengan pola hidup sosial. Satu koloni terbentuk dari sepasang laron ( alates ) betina dan jantan yang melakukan kopulasi dan mampu memperoleh habitat yang cocok yaitu bahan berselulosa untuk membentuk sarang utama. Koloni rayap dapat juga terbentuk dari fragmen koloni yang terpisah dari koloni utama karena sesuatu keadaan atau kerusakan yang menimpa koloni utama tersebut. Individu betina pertama yang dapat kita sebut ratu meletakkan beribu-ribu telur yang kemudian menetas dan berkembang menjadi individu-individu yang polimorfis. Sub-kelompok yang berbeda bentuk yaitu kasta pekerja, kasta prjurit dan neoten, di samping terdapat juga individu-individu muda (pradewasa) yang biasa disebut nimfa, ada literatur yang menyebutnya larva Sebagai alat untuk berinteraksi rayap menggunakan feromon jejak neokambrene A.


 


Rayap mempunyai 7 (tujuh) famili. Rayap merupakan serangga pemakan kayu ( Xylophagus ) atau bahan-bahan yang mengandung selulosa. Rayap juga hidup berkoloni dan mempunyai sistem kasta dalam kehidupannya. Kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu : Kasta prajurit, pekerja dan reproduktif.
1. Kasta prajurit , kasta ini mempunyai ciri-ciri kepala yang besar dan penebalan yang nyata dengan peranan dalam koloni sebagai pelindung koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta ini mempunyai mandible yang sangat besar yang digunakan sebagai senjata dalam mempertahankan koloni.
2. Kasta pekerja , kasta ini mempunyai warna tubuh yang pucat dengan sedikit kutikula dan menyerupai nimfa. Kasta pekerja tidak kurang dari 80-90 % populasi dalam koloni. Peranan kasta ini adalah bekerja sebagai pencari makan, memberikan makan ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan makanan saat sarang terancam serat melindungi dan memelihara ratu.
3. Kasta reproduktif, merupakan individu-individu seksual yang terdiri dari betina yang bertugas bertelur dan jantan yang bertugas membuahi betina. Ukuran tubuh ratu mencapai 5-9 cm atau lebih.
Selain mempunyai kasta dalam koloninya rayap juga mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibanding dengan serangga lainnya. Sifat rayap terdiri dari:
1. Cryptobiotik , sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya.
2. Thropalaxis , perilaku rayap yang saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesame individu.
3. Kanibalistik , perilaku rayap untuk memakan individu lain yang sakit atau lemas.
4. Neurophagy , perilaku rayap yang memakan bangkai individu lainnya.
BAGAIMANA RAYAP MENCAPAI OBJEK ??
Rayap mencapai obyek serangan terutama kayu, karena:
1. Obyek berhubungan langsung dengan tanah.
2. Rayap membangun pipa perlindungan (sheltertubes)
dari tanah sampai obyek serangan.
3. Melalui celah, retak kecil (minimum 0,4 mm) misalnya pada fondasi bangunan, dinding.
4. Menembus obyek-obyek penghalang seperti plastik, logam tipis, dll, walaupun penghalang ini bukan merupakan obyek makanannya.
Keadaan ini berlaku untuk rayap subteran yang hidupnya mutlak tergantung dari adanya air, dan tanah merupakan sumber air utama bagi kehidupan darat. Itu sebabnya rayap subteran sering disebut rayap tanah karena memang ia terutama bersarang dalam tanah, tapi lebih banyak mencari makan di atas tanah. Namun rayap subteran mampu membuat sarang pada obyek di atas tanah. Tanpa berhubungan dengan tanah asalkan kebutuhan mutlaknya, yaitu air tersedia
Rayap kayu kering dapat menyerang biasanya melalui dua cara yaitu:
1. Laron (alates) datang ke obyek dan mampu berkembang karena obyek tidak tertutup (misalnya oleh cat pelindung yang toksik).
2. Obyek terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan.
BAGAIMANA RAYAP DAPAT MENCERNA SELULOSA ??
Selulosa merupakan polimer yang ditemukan di dalam dinding sel tumbuhan seperti kayu, dahan, dan daun. Selulosa itulah yang menyebabkan struktur-struktur kayu, dahan dan daun menjadi kuat.
Rayap mencerna selulosa yang dikandung oleh kayu dan dedaunan yang sudah mati. Selulosa adalah polimer berantai panjang polisakarada karbohidrat dari beta-glukosa yang kaya akan energi, tetapi selulosa susah dicerna. Rayap bisa mencerna selulosa dengan bersimbiosis dengan protozoa seperti Trichonympa , dengan beberapa bantuan dari bakteri yang melekat di tubuh rayap yang menghasilkan enzym pencerna selulosa (selulosa enzym). Simbiosis ini bersifat mutualisme dimana kedua belah pihak diuntungkan. Bakteri dan protozoa dalam tubuh rayap menghasilkan enzym selulosa untuk mencerna selulosa untuk dicerna oleh rayap sebagai makanan, dan rayap mengeluarkan kotoran yang akan dicerna oleh bakteri dan protozoa dalam tubuh rayap.
Pada illeum rayap terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis. Sifat trofalaksis
(trophallaxis) merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap : masing-masing individu sekali-sekali mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan mengosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini diinterprestasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata
bagi individu yang baru saja ganti kulit (ekdisis), karena pada saat ekdisis kulit usus juga tanggal sehingga protozoa simbiont yang diperlukan untuk mencerna selulosa ikut keluar dan diperlukan reinfeksi dengan jalan trofalaksis. Sifat ini juga diperlukan agar terdapat pertukaran feromon di antara para individu ini.

SUMBER:  https://www.google.com/search?client=firefox-b-ab&biw=1366&bih=656&tbm=isch&sa=1&ei=hcQfWpflD8yAvgTI87a4CA&q=MEKANISME+KERJA+RAYAP&oq=MEKANISME+KERJA+RAYAP&gs_l=psy-ab.3...231508.237164.0.237903.16.16.0.0.0.0.183.1897.0j14.14.0....0...1c.1.64.psy-ab..2.5.709...0i13k1j0i7i30k1j0i13i30k1j0i13i5i30k1j0i8i13i30k1j0i24k1.0.MBQ61x-6X3I

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENILAIAN AUTENTIK

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum   merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini

MAKALAH METABOLISME PROTEIN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebagian besar struktur yang membentuk hewan, tumbuhan dan mikroba yang dibuat dari tiga kelas dasar molekul, yaitu: asam amino, karbohidrat dan lipid (sering disebut lemak). Sebagai molekul ini penting bagi kehidupan, reaksi metabolik fokus pada pembuatan molekul-molekul selama pembangunan sel dan jaringan dan menggunakannya sebagai sumber energi dalam pencernaan dan penggunaan makanan. Protein terbuat dari asam amino yang diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama-sama oleh ikatan peptida. Banyak protein adalah enzim yang mengkatalisis reaksi kimia dalam metabolisme. Protein lain memiliki fungsi struktural atau mekanis, seperti protein yang membentuk sitoskeleton, sistem perancah yang mempertahankan bentuk sel. Protein juga penting dalam isyarat sel, tanggapan imun, sel, transpor aktif di seluruh membran, dan siklus sel. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa yang dimaksud dengan metabolisme protein? 2.       Bagaimana pe

TEORI ASAL-USUL KEHIDUPAN

Asal-usul kehidupan menjadi pertanyaan bagi para ilmuwan dan manusia selama ini. Selama ratusan tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa makhluk hidup yang ada di bumi beraneka ragam. Dalam keanekaragaman tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa pada beberapa makhluk hidup ditemukan juga beberapa kesamaan. Sejak lama, para ilmuwan berusaha menjawab sebuah pertanyaan, bagaimana kehidupan berasal / berawal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak ilmuwan yang mengemukakan berbagai teorinya disertai bukti-bukti yang mendukung teori tersebut. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut belum dapat sepenuhnya terjelaskan oleh teori-teori tersebut karena teori-teori tersebut sulit dibuktikan.     Dari banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua teori utama yang dapat diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi. Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah munculnya teori abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemi